MENGGAGAS GERAKAN DALAM RANGKA MENDUKUNG SWASEMBADA BERAS 2015

Akan kah Swasembada beras menjadi angan-angan belaka

Hidup mahasiswa Indonesia...!! Hidup Rakyat Indonesia....!!!

            Swasembada beras bagai suatu angan-angan pada kenyataan kayanya Alam negeri kita. Beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia. Dengan konsumsi masyarakat tiga kali sehari atau Seratus empat belas kilogram perkapita setiap tahun tahun  tidak mustahil bahwa beras adalah makanan pokok masyarakat Indonesia. Swasembada beras pernah kita capai pada zaman kepepemimpinan Presiden Bapak Suharto saat itu Swasembada beras tercapai dengan berbagai cara yang dapat kita gunakan sistem yang dipakai saat itu untuk perjalanan swasembada beras kedepan.
            Swasembada beras tidak harus kita lakukan dengan mengekploitasi alam sebab alam pun memiliki fase istirahat hal ini pernah di buktikan oleh mahasiswa yang mencoba menanam padi dengan sistem petak sawah yang bergantian sehingga tanah tersebut ada masa istirahat dengan hal tersebut terbukti dapat menghasilkan padi yang berlimpah sama seperti penanaman tanah tanpa istirahat.
            Sistem diatas barusan tidak dapat dielakkan bahwa sistem tersebut mengistimewakan alam. Pada sistem mengistimewakan alam merupakan sistem yang diusung oleh kerajaan majapahit dengan berpatner dengan alam. Sehingga dapat mendongkrak hasil padi  yang kita tanam. Saat itu penanaman banyak dilakukan oleh wanita sebab wanita memberi aura positif pada penanaman benih padi dan tanah sebagai singgahan benih tersebut.
            Bahkan kita dapat tinjau dengan keawetan beras saat zaman yang menanam dengan mengistimewakan alam dan zaman mengeksploitasi alam. Perlu diketahui bahwa beras saat itu lebih awet dari zaman saat ini, entah apa hal yang membuat hal  tersebut terjadi bisa masalah penanaman yang melupakan alam juga bisa melupakan cara penyimpanan yang nenek moyang kita ajarkan seperti menyimpan beras di anyaman bambu atau lubung bambu.
Kemudian perlu dihindari penggunaan pupuk berlebihan sama saat swasembada saat zaman orde baru yaiti penggunaan pupuk anorganik dapat mendongkrak hasil beras sampai mencapai swasembada beras namun setelah itu terjadi tanah jenuh yang dapat menurunkan secara drastis hasil dari panen padi.
Namun pada zaman itu ada yang perlu di ambil  dalam proses mewujudkan swasembada beras yaitu pada zaman orba beras hasil panen benar-benar terkontrol dengan baik sehingga tidak terjadi pembengkakan harga beras. Pengontrolan tersebut jauh beda dengan yang saa ini terjadi. Pada zaman ini terjadi pembengkakan harga beras disebabkan banyak terjadinya pelaku mafia beras. Mafia beras memanfaatakan beras sebab mereka memahami bahwa beras merupakan kebutuhan pokok yang meski harga naik masyarakat masih butuh untuk membelinya.
Dengan naiknya harga beras tersebut tidak semerta-merta membuat petani kita kaya. Sebab petani pun mejula seseai pereturan menteri yaitu Rp.6600,- per kilo belum lagi saat kualitas sebagai latar belakang menurunnya harga. Selain mafia sendiri saat ini pemerintah kita bimbang dalam mengatasi perwujudan swasembada beras ini pemerintah lebih memilih tombo dengan subsidi jangka pendek bukan investasi atau subsidi jangka panjang pada pertanian kita.
Pemerintah rela mempermainkan nilai mata uangnya sendiri dengan diperkuat subsidi untuk memenuhi kebutuhan beras negaranya dan mewujudkan swasembada beras dengan membeli beras pada negara tetengga.Pembeliaan beras tersebut memang jurus ampuh akhir untuk menghidupi hajat hidup masyarakat banyak. Namun petani kita merasa terhianati oleh kebijakan tersebut pemerintah rela mensubsidi haraga beras impor agara memiliki harga bersaing dengan produk negara ini. Dan sistem pertanian hanya menjadi penyelamat nilai mata uang negara kita saatnilai mata uang kuat pemerintah memberanikan diri memberi beras-beras negara tetengga namun saat nilai mata uang rupiah melemah sektor pertanian seakan-akan di jual agar nilai mata uang rupiah menguat kembali.
Selain masalah tersebut pemerintah bimbang dalam mengambil keputusan negara ini, Indonesia merupakan negara pariwisata dengan kekayaan alamnya namun menuju ke negara tersebut pemerintah merelakan lahan-lahan pertanian bealih fungsi menjadi rumah-rumah warga dan rumah-rumah warga di bandrol dengan harga tinggi untuk pembangangunan hotel bagi wisatawan. Itulah namayan penghianatan alam perwujudan swasembada beras. Akan swasembada beras dapat terwujud bila persinggahan benih beras dikurangi belum lagi pembengkakan pertumbuhan penduduk yang terjadi. Seharusnya sektor wisata dan pertanian merupakan kolaborasi menarik yang dapat menatik wisatawan dengan penjagaan tanah pertanian dan penataan pertanian sehingga penataan sawah  tampak indah. Bukan hanya wisatawan yang merindukan asrinya alam raya di bumi pertiwi bahkan orang pribumi pun merindukan hal tersebut.
Perlu diketahui salah satu tanda akan datang hari akhir ialah mulai merebaknya bangunan tinggi sebab bangunan tinggi pun dapat menghabiskan air tanah selain itu perataan bukit untuk perumahan dapat menyebabkan kekeringan dan puting beliung. Sebab bukit sebagai serapan air tanah tak ada lagi. Bayangkan swasembada beras kan terwujudkah saat air mulai kering benih padi tak menemukan persinggahan tuk tumbuh menjadi padi.
Pergerakan dapat kita awali dengan mengantisipasi sistem buruk dan mempertahankan hal baik seperti berpatner dengan alam seperti pesan-pesan diatas. 20 mei 1908 adalah awal kebangkitan nasional dengan terbentuknya organisasi sosial yaitu Budi utomo.dan 20 mei 2015 seharusnya awal titik balikkebangkitan nasional dengan pergerakan swasembada beras yang merupakan hajat hidup masyarakat Indonesia. 

  “Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.”
                                    “  pasal 33 ayat 2 UUD 1945








                                                                                    Oleh
                                                                                    Nico  Martha
                                                                                    14/363956/TP/10934


0 komentar:

 
Pangan dan Pertanian © 2013. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top